Entah apa sebabnya, sehingga Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2014 di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, diadakan hari ini Kamis tanggal 11 Desember 2014. Padahal menurut Keppres RI Nomor 78 tahun 1994, Hari Guru Nasional ditetapkan yaitu tanggal 25 Nopember. Lebih setengah bulan yang lalu. Keppres tersebut menyebutkan hal itu karena tanggal 25 Nopember selama ini telah diperingati sebagai hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sehingga dengan begitu peringatan Hari Guru Nasional senantiasa berbarengan dengan Hari Ulang Tahun PGRI.

Ini adalah kali kedua saya mengikuti acara dalam rangka memperingati Hari Guru. Pertama, di sekolahku, di SMAN 2 Kandangan, dilaksanakan melalui upacara Senin pagi, 1 Desember 2014. Saat itu saya termasuk yang tidak berpakaian PGRI. Sebabnya saya tidak tahu, berhubung pada malam harinya itu baru pulang sehabis ikut workshop kemah pramuka di Bandung. Kedua, hari ini, dilaksanakan di Lapangan Lambung Mangkurat, Kandangan.

Hari Guru Nasional HSS
Sumber foto: FB Humas PemkabHSS


Acara hari Guru dan HUT PGRI hari ini berbentuk upacara pengibaran bendera merah putih. Upacara dihadiri oleh Guru tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, serta madrasah. Selain itu ada pula pelajar yang menghadiri, seperti halnya pelajar SMAN 2 Kandangan yang bertugas sebagai pasukan pengibar bendara (Paskibra). Sebagai "pembina upacara" adalah Bupati Hulu Sungai Selatan, H. Achmad Fikry.

Karena acaranya berbentuk upacara, maka peserta upacara yang mayoritas adalah guru "dipaksa" berdiri. Suasana pagi yang cerah membuat sinar matahari cukup panas. Sebagian guru peserta upacara ada yang bernaung di bawah pohon, baik dengan berdiri atau duduk. Banyak yang berbicara antar guru, barangkali karena lama tidak bertemu dengan teman yang beda sekolah tempat ngajar. Dari belakang, tampak sekali barisan upacara tidak rapi. Bahkan ada salah satu teman FB yang juga guru mengeluh, seperti pada statusnya berikut:

lawas berdiri hari guru

Beberapa kali pengarah upacara menyuarakan agar yang di belakang bisa berbaris rapi, tetapi tidak bergeming. Penyebabnya mungkin suara kurang bisa terdengar dengan baik. Beberapa guru mengeluhkan kualitas sound system yang tidak nyaring.

Ketika upacara tadi, ada pelajar SD yang digotong dengan tandu oleh tim medis, saya mengira pingsan. Bahkan ada juga seorang ibu guru yang terpaksa ditandu juga. Apakah karena kelelahan atau penyakitnya kambuh entahlah.

Ketika Bupati HSS menyampaikan sambutan Mendikbud, masih banyak para guru yang tidak memperhatikan. Sebagian bernaung dari panas matahari, asyik sendiri, sebagian tetap ngobrol dengan teman di dekatnya. Sehingga ketika hadirin bertepuk tangan tidak tahu untuk apa tepuk tangan itu dilakukan. :)

Setelah doa dan Bupati meninggalkan mimbar upacara, upacara belum benar-benar selesai sebenarnya. Masih ada sesi pemberian hadiah bagi pelajar dan guru yang berprestasi, baik juara lomba ataupun penghargaan lainnya. Meski begitu, para guru yang dari tadi berdiri sudah tidak tahan lagi untuk tidak meninggalkan lapangan. Peserta upacara pun bubar, meski tidak dikomando oleh pemimpin upacara.

Melihat apa yang terjadi ketika upacara hari ini, saya pikir sebaiknya peringatan hari guru tidak usahlah dalam bentuk upacara dengan para guru berdiri berlama-lama, sementara Bupati, Pejabat, Undangan atau Kepala Sekolah duduk nyaman di tenda paling depan tanpa kepanasan. Sebaiknya acara peringatan Hari Guru tahun depan diadakan di gedung saja, misalnya di gedung olahraga, para guru duduk dengan rapi dan tenang hingga selesai acara. Hingga selesai penyerahan tropi dan penghargaan lainnya. Kasus peserta yang pingsan pun insya Allah tidak akan ada lagi. Setelah acara ada sesi makan-makan walau hanya snack untuk guru. Begitu mestinya. :) Tidak seperti sekarang, upacara berdiri, ada yang pingsan, barisan tidak rapi, tidak ada konsumsi. Dan juga, sound system dibenahi, jangan sampai tidak kedengaran dari belakang atau babaya kadangaran. :)

0 Komentar:

Posting Komentar